A. Kalimat
Efektif
(Wiyanto, 2004:48) Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat,
lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat adalah hemat
dalam penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang diperlukan yang digunakan.
Sebaliknya, Kata-kata yang mubadzir tidak perlu digunakan. Penggunaan kata-kata
mubadzir berarti pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat
efektif yang hemat. Meskipun hemat dalam penggunaan kata, Kalimat efektif tetap
harus lengkap, artinya kalimat itu harus disampaikan. Sedemikian lengkapnya
sehingga kalimat efektif mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menghasilkan akibat. Selanjutnya, kalimat efektif harus dapat dipahami
pendengar dengan cara yanng mudah dan menarik. Selain itu, kalimat efektif
harus mematuhi kaidah struktur bahasa dan mencerminkan cara berpikir yang masuk
akal (logis).
B.
Syarat-syarat kalimat efektif
1. Koherensi
Yaitu hubungan timbal-balik yang
baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata
itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan
gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih
erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya
sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata
atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
2. Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah
mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek
dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur
subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti
yang merupakan cirri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu
menata ruang tamu tadi pagi.
S P Pel K
S P Pel K
Dari contoh
tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas
sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada
keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.
3. Kehematan
3. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa
kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak
diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak
berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut
unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
Frase pada
awal kalimat
Contoh :
Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
Pengurangan
subyek kalimat
Contoh:
– Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)
– Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)
4. Paralelisme
Paralelisme
atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat
berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
5. Penekanan
Gagasan pokok
atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan
memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
Posisi dalam
kalimat
Untuk
memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di
depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata
juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh :
– Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
- Rasio yang
masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah
salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian
pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Urutan yang
logis
Sebuah
kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang
berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan
yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin
lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh :
– Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.
6. Kevariasian
Untuk
menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam
teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada
kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara
memulai
Subyek pada
awal kalimat.
Contoh:
– Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
– Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
Predikat pada
awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)
Contoh:
– Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
– Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
Kata modal
pada awal kalimat. Dengan adanya
kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu
tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya. Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang,
kerapkali, dan sebagainya. Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira,
rasanya, tampaknya, dan sebagainya. Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya,
benar, dan sebagainya.
Contoh:
– Sering mereka belajar bersama-sama.
b).
Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu
kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang
tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang
terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan
menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa
hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga
keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis
kalimat.
Biasanya
dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal
ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang
sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan
dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi
informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru
variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat
aktif dan pasif.
Selain pola
inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat
aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat
langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang
dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat
ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung
dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat
seseorang dari buku.
7.
Logis/Nalar
Suatu kalimat
dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh
akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang
dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.
Contoh
kalimat salah nalar:
a. Waktu dan
tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)