Campus

gundar

Halaman

-

Photobucket Photobucket

Selasa, 30 Oktober 2012

Kalimat Efektif



A. Kalimat Efektif

(Wiyanto, 2004:48) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima oleh pendengar. Yang dimaksud singkat adalah hemat dalam penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang diperlukan yang digunakan. Sebaliknya, Kata-kata yang mubadzir tidak perlu digunakan. Penggunaan kata-kata mubadzir berarti pemborosan. Hal itu tentu bertentangan dengan prinsip kalimat efektif yang hemat. Meskipun hemat dalam penggunaan kata, Kalimat efektif tetap harus lengkap, artinya kalimat itu harus disampaikan. Sedemikian lengkapnya sehingga kalimat efektif mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menghasilkan akibat. Selanjutnya, kalimat efektif harus dapat dipahami pendengar dengan cara yanng mudah dan menarik. Selain itu, kalimat efektif harus mematuhi kaidah struktur bahasa dan mencerminkan cara berpikir yang masuk akal (logis).

B. Syarat-syarat kalimat efektif

1. Koherensi

Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.

2. Kesatuan

Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.
S P Pel K

Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.

3. Kehematan

Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
Frase pada awal kalimat

Contoh :

Sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
Pengurangan subyek kalimat

Contoh:
– Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)

4. Paralelisme

Paralelisme atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :

Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.

Contoh :

– Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.

- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.

Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.

Contoh :

– Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

6. Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.

a). Cara memulai
Subyek pada awal kalimat.

Contoh:
– Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)

Contoh:
– Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
Kata modal pada awal kalimat. Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya. Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya. Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya. Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.

Contoh:

– Sering mereka belajar bersama-sama.

b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.

c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.

d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.

e). Kalimat langsung dan tidak langsung.

Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
 
7. Logis/Nalar
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal.

Contoh kalimat salah nalar:
a. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)


Baca Selengkapnya...

Kalimat

Post ini akan menjelaskan tentang tugas ke 2 dalam softskill Bahasa Indonesia, yaitu tentang Kalimat.

A. Kalimat

(Rahayu, 2007:78) Kalimat ialah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek (s) dan predikat(p), jika tidak mempunyai S dan P, penyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase. Kalimat bagi seorang pembaca ialah kesatuan kata yang mengandung makna/pikiran, sedangkan bagi seorang penulis, kalimat ialah satu kesatuan pikiran/makna yang di ungkapkan dalam kesatuan kata. Kalimat merupakan unsur penting untuk mengungkapkan fakta, pikiran, sikap, dan perasaan. Hal ini harus di ungkapkan dalam kalimat efektif, yaitu kalimat yang menimbulkan daya khayal pada pembaca, minimal mendekati apa yang dipikirkan penulis. Kalimat efektif ialah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembacanya.



B. Unsur-unsur kalimat

1. Subjek

Disebut juga pokok kalimat. Merupakan unsur inti dari kalimat. Biasanya berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan. Untuk mencari subjek dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “siapa” dan “apa”.

Contoh :


Dita menanam singkong.
Semua Mahasiswa Gunadarma sedang menjalani ujian.

2. Predikat

Merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek. Biasanya berupa kata kerja atau kata sifat. Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.

Contoh :
Ani pergi sekolah dengan berjalan kaki.
Doni bermain laptop.

3. Objek

Merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat. Biasanya terletak di belakang predikat. Dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek. Terdiri dari dua macam yaitu objek penderita dan objek penyerta. Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
Makna objek penderita :


Penderita
Contoh: Pak Ali membajak sawah.

Penerima
Contoh: Ibu menjahit baju adik.

Tempat
Contoh: Wisatawan mengunjugi Pulau Bali.

Alat
Contoh: Andi melempar bola ke arah Budi.

Hasil
Contoh: Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.

Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.

Makna objek penyerta:

Penderita
Contoh: Ibu membelikan adik buku baru.

Hasil
Contoh: Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.

4. Keterangan

Mempunyai hubungan yang renggang dengan predikat.
Jenis-jenis keterangan :

Keterangan tempat
Contoh: Ayah akan perdi ke Surabaya

Keterangan alat
Contoh: Ibu memotong sayuran dengan pisau.

Keterangan waktu
Contoh: Andi belajar matematika pukul 8 malam.

Keterangan tujuan

Contoh: Bayi harus minum susu supaya sehat.

Keterangan penyerta
Contoh: Ibu pergi ke pasar bersama kakak.

Keterangan cara
Contoh: Bacalah buku itu dengan seksama.

Keterangan similatif
Contoh: Pak Doni berbicara di rapat sebagai ketua panita.

Keterangan sebab
Contoh: Toni tidak naik kelas karena malas belajar.

C. Pola Kalimat

Pengajaran fungsi kalimat merupakan pengetahuan standar yang diajarkan dalam kelas-kelas bahasa bahkan mulai di sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-K, (5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K. Kedelapan pola dasar itu, dapat diturunkan menjadi varian yang tak terbatas sebagaimana dari 26 huruf latin diturunkan menjadi kata tertulis bahasa Indonesia yang tak terbatas.

Contoh :

1. S-P
Kucing mengeong.

2. S-P-O (P sebagai kata kerja transitif)
Angga menonton Sepak bola.

3. S-P-Pel (P sebagai kata kerja intransitif)
Mita tertawa terbahak-bahak.

4. S-P-K
Ayah pergi ke Eropa.

5. S-P-O-Pel (P sebagai kata kerja bitransitif)
Mira membelikan mainan untuk adiknya Ferry.

6. S-P-O-Pel-K
Atika mengikuti seminar tentang pajak di Gunadarma.

7. S-P-O-K
Vitha mengendarai mobil ke Kampus.

8. S-P-Pel-K
Angga tertawa terpingkal-pingkal melihat Esra tercebur ke kolam ikan.

D. Macam-macam Kalimat

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru. Kalimat tunggal, misalnya kalimat inti, kalimat luas, kalimat verbal, kalimat nominal, dan kalimat tidak lengkap. (definisi kalimat tunggal )

Contoh:

1. Kalimat inti. Contoh: Rista menggambar.
2. Kalimat luas. Contoh: Rista menggambar bunga teratai.
3. Kalimat nominal. Contoh: Ayamnya lima ekor.

Selain kalimat tunggal, kita juga mengenal adanya kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa. Hubungan antarklausa tersebut ditandai dengan kata hubung (konjungsi). ( definisi kalimat majemuk )

Kalimat majemuk dibedakan atas tiga macam. ( Jenis jenis kalimat majemuk )

1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.

Contoh:

a. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
b. Dia sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya.

Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.

3. Kalimat majemuk campuran

Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang bertingkat.
Contoh:
Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke sekolah.
Baca Selengkapnya...

Contact person